Swift

Lawang Sewu, Bukan Wisata Hantu


Pada suatu masa.. ketika hantu, jin dan sebangsanya gak punya lagi wibawa, tulisan “DILARANG KERAS! Melakukan Segala Kegiatan Mistis…” ini menjadi perlu dan wajar tanpa perkecualian jika akhirnya harus ditempel di dinding-dinding bangunan tua. Seperti yang ada di Lawang Sewu, Semarang Jawa Tengah. Gimana nggak, selain menjatuhkan wibawa sang hantu, tempat seindah, bersejarah, dan segagah Lawang Sewu ini dengan seenaknya bisa beralih fungsi gara-gara aksi para pehoby mahluk halus. Entah itu buat wisata mistis, atau buat iseng-iseng menguji nyali. Mau gak mau akhirnya Lawang Sewu pun sampai sekarang identik dengan hantu.


Selain kehilangan sengat dan sisi misteriusnya, mungkin beliau-beliau penghuni Lawang Sewu pun sudah nggak woles lagi akibat banyaknya orang yang uji nyali. Yang paling telak dan punya pengaruh atas degradasi wibawa (tapi juga sekaligus bikin populer Lawang Sewu), tentu saja saat jaya-jayanya sebuah program televisi swasta yang doyan bikin acara uji nyali. Hilang sudah wibawa sang hantu direnggut para peserta pemberani dan kyai atau simbah ber-sixth sense yang berkolaborasi dengan insan pertelevisian. Para penghuni tak kasat mata ini pun seolah dipermainkan, tanpa dibayar sepeser pun. Padahal ‘beliau’ adalah talent atau pemeran utamanya yang dinanti pemirsa. Apalagi yang pake nongol segala.



Memang tanpa acara si uji nyali pun, Lawang Sewu sudah punya bakat ‘mistis’ sebelumnya. Menjadi salah satu urban legend di tanah air, seperti nasib bangunan tua peninggalan zaman Belanda lainnya di Indonesia. Contohnya Kota Tua Jakarta. Salah satu faktor utama horornya Lawang Sewu, karena pada waktu penjajahan Jepang, ruang bawah tanah Lawang Sewu ini pernah dijadikan penjara. Jadi tempat penyekapan tahanan yang katanya banyak memakan korban.

Kalau buat kami, apalagi bawa jalan-jalan Lana dan Keano, ke Lawang Sewu tentu bukan maksud buat berwisata hantu, apalagi menguji nyali. Di sini pun kami ditemani pemandu wisata, bukan dipandu kuncen atau simbah ber-sixth sense. Mas-mas pemandunya rajin banget. Rajin menjelaskan cerita dan sejarah Lawang Sewu, sampai lincah dan ikhlas menawarkan diri jadi fotografer keluarga kami.



Lawang Sewu, bangunan yang didirikan pada zaman Belanda ini sejatinya adalah museum sejarah kereta api.  Dulunya adalah gedung kantor jawatan kereta api. Dibangun tahun 1904 sampai 1907, oleh perusahaan yang pertama kali mengoperasikan kereta api di Hindia Belanda, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).

Ciri khas kereta api juga lekat banget sama arsitektur bangunan Lawang Sewu. Ini bisa dilihat dari disain dalam ruangan, yang jika semua pintunya dibuka, akan terlihat ruangan yang terus bersambung seperti halnya rangkaian gerbong kereta.



Lorong-lorong bangunan yang lebar dengan daun pintu yang besar dan banyak, selain memperindah arsitektur si Pintu Seribu, juga membuat sirkulasi udara di di dalam gedung jadi lancar. Lumayan adem, seger, padahal Semarang terkenal dengan cuaca panasnya.

Di sini Lana dan Keano juga bisa anteng main dan jalan-jalan. Nggak kepanasan. Karena selain sirkulasi udara dari banyak pintu atau jendela, gedung ini juga punya sistem AC alami. Tersangkanya adalah ruang bawah tanah, ruang yang dulu pernah dijadiin penjara oleh Jepang. Ruang bawah tanah ini selalu menyimpan air. Jadi air di bawah mendinginkan lantai dan ruangan di atasnya. Demikian kata mas-mas pemandunya, yang tetap lincah mendampingi dan menunjukkan sudut-sudut Lawang Sewu.



Yang namanya museum kereta api, tentu gak afdol kalau nggak ada kereta apinya. Jangan khawatir, lokomotif kereta uap sengaja ngejogrok di depan gedung buat dipamerkan dan mempertegas nuansa kereta apinya. Boleh dipegang, dan juga dinaikkin. Tapi gak boleh dibawa kebut-kebutan, emang gak bisa jalan juga.

Sejarah lain juga mencatat, gedung ini jadi saksi peristiwa heroik pemuda-pemuda Semarang melawan pasukan Kido Butai, pasukan elit Jepang. Peristiwa yang dikenal dengan “Pertempuran 5 hari Semarang” ini banyak memakan korban, terutama dari Angkatan Muda Kereta Api (AMKA).



Lawang Sewu memang sudah jadi salah satu tujuan wajib kalau jalan-jalan ke Semarang, melengkapi wisata lainnya di Semarang. Selain kawasan Kota Tua dekat stasiun dan pelabuhan, sejarah dan keelokan arsitektur kota, bisa kita lihat di sini, di kawasan Wilhelmina Plein alias Tugu Muda Semarang.

Demikianlah wisata pagi kami di Lawang Sewu, yang alhamdulillahnya nggak ketemu hantu.



****

You Might Also Like

3 komentar

  1. Aaah, udah ga sabar deh liburan ke Semarang, salah satunya mau ke Lawang Sewu. Berarti sekarang udah "aman" kan ya? Hehehe..

    ReplyDelete