Swift

Belajar Memahami Alam Lewat Merapi (Lava Tour Merapi #2)


Buat anak-anak ini bagian yang paling mengasikkan dari Lava Tour. Yaitu jalan-jalan naik jeep terbuka. Liburan di Yogya semakin lengkap dengan wisata off road menyusuri sisa erupsi Merapi.

Debu merapi memang masih bertebaran di mana-mana. Itu yang membuat kaki, baju, celana, tangan sampai muka dekil semua. Buat saya, masker yang disediakan operator berasa gak cukup. Makanya saya pakai pashmina lebar buat nutupin muka. Sementara Lana dan Keano gak peduli. Selama bisa naik mobil ajrut-ajrutan di jalan yang separuh jadi, mereka happy.



Perjalanan selanjutnya dari Museum Sisa Hartaku adalah mengunjungi bunker Kaliadem. Tempat ini menjadi saksi tewasnya dua relawan karena tersergap awan panas Merapi tahun 2006. Saat awan panas turun, 2 orang yang sehari-hari mengurusi pengungsi ini, memilih berlindung di dalam bunker. Lebih dari 24 jam kemudian, tim evakuasi menemukan mereka dalam kondisi tidak bernyawa.



Seorang relawan jenazahnya ditemukan dekat pintu, seorang lainnya jasadnya berada di dalam kamar mandi. Menurut cerita, tim evakuasi harus memakai baju khusus saat memasuki bunker karena kondisi di dalam yang masih sangat panas ketika tempat yang mestinya jadi lokasi berlindung, dibuka. Anak-anak mendengarkan takjub kisah ini. Saya mengajak Lana dan Keano mendoakan para relawan yang telah gugur dalam tugas, dalam kebaikan. Semoga arwahnya tenang di atas sana.



Sementara di luar bunker, pengunjung bisa menikmati pemandangan kokohnya Merapi. Tapi karena kabut, saat kami ke sana puncak gunung tidak bisa terlihat.



Setelah dari Kaliadem, perjalanan lanjut ke desa Jambu Kepuharjo. Desa yang berada persis di pinggir Kali Gendol, yang saat Merapi meletus menjadi tempat lahar panas mengalir. Sisa-sisa letusan berupa batu berukuran raksasa juga masih tertinggal dan dijadikan objek berfoto. Batu Alien namanya, karena bentuk batu yang mirip wajah manusia atau alien.



Lepas dari Batu Alien, perjalanan off road berlanjut. Kali ini jeep membawa kami ke Kali Kuning. Kami diajak basah-basahan menelusuri sungai.




Bergantian, jeep melaju kencang di aliran sungai yang dangkal. Air muncrat kemana-mana bersama adrenalin dan gelak tawa. Sambil menunggu giliran ngebut, anak-anak bisa turun. Air sungai yang berasal dari lereng merapi berasa segar dan dingin. Kami memanfaatkannya untuk cuci muka dan kaki yang berasa sudah tebal dilapisi debu.

Perjalanan berakhir di sini. Jeep kembali membawa kami ke basecamp tempat kendaraan kami parkir. Cerita tentang Merapi jadi oleh-oleh berharga. Bagaimana alam bisa menjadi sangat perkasa, dan kita manusia, tak punya kuasa apa-apa terhadapnya.



*****

You Might Also Like

0 komentar