Batu Karas
Cianjur
Garut
Green Canyon
Jawa Barat
Pangandaran
Pantai Pulau
Road Trip
Kenyang Pantai plus Green Canyon (Road Trip Lintas Selatan Jabar #3)
Laut, pantai,
dan jalur selatan Jawa, ibaratnya seperti saudara, selalu bersama. Kalau lewat jalur selatan, ya pasti dapat pantai atau laut selatannya juga. Termasuk
di selatan Jawa Barat. Di sini, pantainya juga keren-keren. Sebut saja pantai
Pangandaran, yang sudah kesohor dari dulu. Jaman masih sekolah, bukan sekali
dua kali saya ke Pangandaran. Kadang touring
naik motor, atau nebeng mobil orang. Tapi biar kata sudah sering ke
Pangandaran, ternyata pantai di selatan lainnya malah kelewatan. Dan jalur
selatan Jabar, dulu gak pernah sekalipun dilintasin. Seolah-olah Santolo, Ranca
Buaya, atau Pameungpeuk Garut dan sekitarnya itu jauh banget, terpencil. Makanya
begitu ada waktu, lintas selatan Jabar masuk di urutan teratas buat jalan-jalan ajak anak.
Setelah puas
di ketinggian dan di kedinginan Ranca Upas, kini saatnya hangat-hangatan, panas-panasan.
Nyantai di Pantai. Turun dari Ciwidey lewat Cibuni dan Naringgul, pantai
inceran pertama kami adalah Ranca Buaya. Setelah melewati pertigaan Cidaun
Cianjur Selatan, kira-kira 9 km dari Cidaun, patung buaya di pinggir jalan,
jadi tanda kalau kami sudah sampai di Ranca Buaya.
Tengah hari
kami sampai di Pantai Ranca Buaya. Pas, waktunya makan siang. Apalagi begitu
masuk area pantai, selain hotel atau penginapan, di kiri jalan banyak berjejer
rumah makan. Dan di kanan jalan, persis di pinggir pantai, juga bejejer saung-saung
buat tempat makannya. Ini semakin meyakinkan kami, kalau kami harus makan siang
di sini.
Untuk
meminimalisir salah pilih dan gak terkesan gambling,
kami pilih tempat makan yang bakarannya masih ngebul, dan agak ramai
parkirannya. Berharap, kalau tempat itu memang yang terenak. Kami memesan sea food. Memang rata-rata menu itu yang
dijajakan di sini.
Sambil
nunggu makanan datang, jalan-jalan dulu nyusuri pantai. Dan leyeh-leyeh di
saung pinggir pantai, jadi pengalaman ‘wah’ buat kami.
Ikan bakar,
cumi, udang, cah kangkung, kerupuk, lalapan, dan sambal dadakan dengan diiringi
sepoi-sepoi angin pantai, sudah cukup bagi kami memberikan kesan positif buat
si Ranca Buaya. Memang gak ada sesi berenang atau main ombak di sini. Selain
pantainya yang memang kurang cocok buat berenang, lagian matahari juga lagi terik-teriknya. Dan sesi berenang main airnya, akan dilanjutin di pantai berikutnya,
Santolo. Masih di Garut Selatan.
Road trip kecil-kecilan di lintas
selatan Jabar ini terbilang enak. Jalannya relatif mulus. Di beberapa bagian malah
masih kelihatan baru kelar dibeton. Jalanan sepi, jadi gak perlu kuatir sama
provokasi ala angkot atau metromini. Pandangan luas, karena masih banyak tanah
kosong ngablak-ngablak di kiri kanan jalan. Jembatan-jembatan juga sudah rapi, terbuat
dari besi baja kokoh melintasi sungai-sungai yang akan bermuara ke laut selatan.
Sampai di
Santolo sekitar jam empat sore, kami parkir di ujung jalan dekat muara sungai
yang penuh dengan perahu. Perahu nelayan penangkap ikan, dan juga ojek perahu
yang setia mengantar nyeberang ke pulau Santolo. Salah satunya antar jemput
kami.
Nama Santolo sebenernya mengarah ke nama pulau di pantai Cilauteureun Cikelet sini, yaitu Pulau Santolo. 'Pulau kecil' yang harus
nyeberang muara sungai.
Di pulau, Lana dan Keano cuma main sebentar. Lebih banyak main pasir. Sudah niat bawa perlengkapan main pasir dari rumah. Saya sempet keliling setengah pulau, dan ikut nongkrong sama orang-orang yang lagi mancing dekat jembatan atau tanggul pantai Santolo.
Di pulau, Lana dan Keano cuma main sebentar. Lebih banyak main pasir. Sudah niat bawa perlengkapan main pasir dari rumah. Saya sempet keliling setengah pulau, dan ikut nongkrong sama orang-orang yang lagi mancing dekat jembatan atau tanggul pantai Santolo.
Di Garut,
pantai Santolo atau Cilauteureun ini, megang banget. Paling rame, bahkan
dibanding Ranca Buaya. Tapi waktu kami di sana, Santolo lagi gak begitu rame.
Mungkin karena bukan hari libur, dan baru kelar libur lebaran. Lagian emang
sudah sore juga. Petugas penjaga tiket nya saja sudah beberes mau pulang. Warung-warungnya
yang di dalam juga sudah pada tutup.
Karena
pantainya tambah sepi, dan kami juga belum merambah ke mana-mana, akhirnya dicukupkan
main di pulau. Balik lagi nyeberang ke pantai awal tadi, dengan perahu dan
bapak ojek yang sama. Yang ini pantainya lebih luas, dengan bibir pantai yang
lebih panjang. Pasirnya juga bersih halus, nggak banyak karang kaya di pulau.
Kali ini Lana dan Keano juga mainnya lebih lepas. Berenang main air, main pasir, dan
main ombak. Ombaknya gede, khas pantai selatan. Makin adem dengan dilatari sun set yang menghias langit Santolo.
Santai, Sunset, Santolo.
Sunset
habis, langit gelap. Saatnya melanjutkan perjalanan. Tujuan berikutnya Batu
Karas. Tambah malam, jalanan makin sepi. Jarang banget konvoi atau barengan
mobil lain. Boro-boro macet, papasan mobil lain juga jarang.
Sempat makan
dan bungkus makanan di Cipatujah Tasikmalaya. Sate kambing dan nasi goreng.
Sempat juga salah jalan, sampai buang waktu hampir satu jam dan jarak belasan
atau puluhan kilo meter. Salah jalan di pertigaan Cipatujah. Yang harusnya
ambil jalan ke kanan, karena tergoda jalanan yang lebih besar, malah lurus dan
mengarah ke kota Tasik. Sadar-sadar karena jalanan kok semakin nanjak dan
berbelok-belok, ciri jalanan kalau dari pesisir mengarah ke tengah kota.
Balik lagi
dan sempat tergoda buat nginap di Cipatujah. Lihat agoda dan booking.com, ada
hotel resort yang lumayan bagus di Cipatujah. Tapi karena tujuan awal Batu
Karas, dan biar pagi-paginya bisa langsung main di pantai, diputuskan tetep
lanjut jalan lagi. Sambil jalan, coba online buking hotel di Batu Karas. Tapi
karena sinyal dan internetnya sering hilang timbul, sama dengan hilang
timbulnya navigator yang sering ketiduran karena ngantuk, transaksi hotel gagal
terus. Akhirnya go show saja
senemunya, sengantuknya nanti sampai di mana.
Hampir jam
sebelas malam, jalanan makin sepi. Serangan ngantuk mulai datang bertubi-tubi.
Jalannya mobil sudah gak selincah sebelumnya. Jalan pelan, dan kami mulai lihat
kiri kanan jalan, siapa tahu ada penginapan. Dua kali coba berhenti buat lihat
dan check in penginapan, belum ada yang sreg, atau gak ada orang yang bangun.
Sampai akhirnya ketemu Tirta Bahari, penginapan di dekat gerbang Green Canyon.
Penginapan sekaligus rumah makan, yang penjaganya masih rela digedor dibangunin
dan nganter lihatin kamar. Lumayan, kamarnya besar dan bersih. Hanya dengan 300
ribu saja. Dua tempat tidur king size
dan AC dingin, cukup mengantarkan kami tidur nyenyak sampai pagi.
Sebelum
nyebur pantai, sempat keliling Batu Karas dulu. Nyusurin jalan muterin
‘kampung’ sampai ke jalan-jalan kecil. Tempatnya enak, bersih, masih alami,
tapi berasa banget tempat wisatanya. Banyak penginapan atau hotel di sini, dari
mulai kelas melati sampai yang bintang.
Pantai Batu
Karas ini emang keren. Keren untuk main. Saya kira paling keren kalau untuk
wilayah barat pulau Jawa. Lingkungannya adem masih banyak pohon rimbun. Pantainya
bersih, pasirnya halus, ombaknya pas. Bisa buat sekadar main air, berenang, atau
selancar. Tinggal pilih lokasi saja. Pas buat dewasa, anak-anak atau keluarga.
Pantai Batu
Karas ini, sudah pasti ‘surga’ banget buat Lana dan Keano. Dua bocah ini bolak
balik gak ada capeknya main ombak dengan bodyboard
atau tanpa bodyboard. Loncatin ombak,
nabrak ombak, nyelem, lari-lari, berenang sambil digendong, dan segala macam
gaya tersalurkan di pantai ini. Kalau nggak direm suruh berhenti, mungkin nggak
akan kelar-kelar main di Batu Karas. Harus direm, karena memang sudah tengah
hari, sudah terik, dan masih ada jadwal berikutnya yang menunggu; Green Canyon.
Sekitar setengah
jam nunggu, akhirnya dipanggil dan langsung diarahin naik perahu. Lana dan
Keano langsung pilih tempat duduk paling depan. Anteng menikmati pemandangan
Green Canyon yang memang keren.
Puas di
Green Canyon, saatnya geser ke tujuan selanjutnya, pantai Pangandaran. Pantai
terakhir di trip lintas selatan Jabar ini. Untuk di Pangandaran, kami sudah
buking hotel jauh-jauh hari di Nyiur Beach Hotel. Sebelum ke hotel, makan malam
dulu di Sate Galunggung, sate kambing tereksis di Pangandaran. Boleh lah, sate
dan sopnya mantap. Menambah sempurna hari itu, setelah sebelumnya terpuaskan
oleh Batu Karas dan Green Canyon. Belum lagi pas check in di hotel, kami
disambut dengan gorengan panas dan welcome
drink yang welcome banget. Capek
aktifitas seharian, langsung tidur pulas di kamar. Padahal sebelumnya Lana dan
Keano sudah ngajak dan niat buat jalan-jalan di pantai dan pasar malam
sekitaran hotel.
Bangun pagi
langsung meluncur ke pantai. Ke pantai barat di depan hotel, yang ternyata
sudah mulai rame. Rame oleh wisatawan, dan rame perahu nelayan yang baru
berangkat melaut. Melaut mencari ikan dan melaut ngantar piknik wisatawan. Gak
lama di pantai barat, lanjut ke pantai timur nungguin sunrise.
Selepas sunrise, balik hotel dulu buat sarapan.
Sarapan yang super. Super enak masakannya, banyak menunya, dan super
pelayanannya. Sampai-sampai sang owner
hotel ikut melayani dan menyajikan makanan sampai ke piring dan meja kita.
Perut sudah
kenyang, mata sudah seger. Saatnya mengeksplor Pangandaran. Buking satu perahu,
kami menuju spot snorkeling, mampir batu layar, dan ke pantai pasir putih. Berbekal
roti beli di warung buat makanan ikan, snorkeling di Pangandaran lumayan asyik
juga. Ikannya banyak nyamperin umpan roti di tangan. Lana sudah menikmati
snorkelingnya. Keano masih di awal-awal saja, itu pun kebanyakan nemplok
digendong. Selebihnya nunggu di perahu dan sesekali ikut nyebur lagi.
Kadung sudah
di sini, yang tadinya gak ada niat masuk-masuk goa, akhirnya kami masuk goa
juga. Dan lana sama Keano ternyata excited
banget. Apalagi pas lihat keluarga landak di dalam goa. Juga ke Goa Miring,
yang mau gak mau kita harus miring jalannya. Belum lagi ada batu stalagtit atau
stalagmit yang mirip ini itu lah. Ada yang mirip paha ayam, tulang tengkorak,
unta, sampai pocong segala.
Hampir
tengah hari, waktunya balik hotel dan check
out. Tapi sebelumnya puas-puasin dulu berenang di kolam hotel, sekalian
bilas dan mendinginkan badan setelah berpanas-panasan di perahu dan jalan kaki.
Setelah check out hotel, masih ada utang tersisa
ke Lana Keano. Muter-muter Pangandaran pake sepeda listrik. Dan satu jam
berkeliling plus ‘kebut-kebutan’ dan balapan, jadi penutup jalan-jalan kami di
Pangandaran dan road trip lintas
selatan Jabar.
Tuntas sudah
road trip di lintas selatan dan eksplor
pantai-pantai selatan Jabar. Pantainya gak kalah keren. Tapi memang jangan
bandingin sama pantai-pantai di Indonesia Timur misalnya, beda genre. Tapi bagi
kami, pantai-pantai di selatan Jabar sudah cukup menghilangkan rindu kami sama
pantai.
Selanjutnya
kami pulang via jalur tengah, lewat Banjar-Ciamis-Tasik-Nagreg-Bandung-Cipularang. Nginap semalam di Bandung, dan sempat jalan
jajan di Bandung. Transit maksimal lagi.
Dengan ini,
maka sudah gak penasaran lagi dengan lintas selatan. Satu utang yang tertinggal
di Jabar, adalah lintas selatan jalur Cianjur sampai Sukabumi. Kalau Sukabumi
Pelabuhan Ratu ke arah Banten, sudah pernah kami nikmati pas ke pantai Sawarna dan sekitarnya. Untuk Banten dan Jawa Barat, jalur lintas selatan memang sudah tersambung
semua, jalannya juga sudah bagus. Tapi kalau Jawa keseluruhan, jalan lintas
selatan ini belum tersambung semua, misalnya di Jawa Tengah. Tapi dari jalan
yanga ada, jalur lintas Selatan Jawa Tengah, sudah pernah kami coba. Tinggal
menyisakan pe-er di lintas selatan Jawa Timur. Karena setiap ke Jawa Timur,
kaya waktu dua kali ke Bromo sampai ke ujung Banyuwangi dan nyeberang ke Bali, selama ini selalu pakai jalur
utara, pantura.
Lihat
perkembangan lintas selatan Jabar, dan pembangunan di jalur lintas selatan
Jawa, masih optimis kalau lintas selatan Jawa bakal terus berkembang. Apalagi
jalur pantura yang sudah semakin sesak, terutama pas musim mudik lebaran. Dan ini
menjadi alternatif jalur piknik atau mudik, selain pantura dan tentunya jalan tol
Jawa. Tinggal pilih saja dah, sesuai selera...
***
2 komentar
maaf kalo boleh tau, kendaraan jenis apa yg digunakan waktu eksplore selatan Jawa Barat ini..,
ReplyDeleteTerima kasih
waktu itu pake kendaraan lama kami. pake CRV gen 2
Delete