Swift

Snorkeling dan Keliling Pahawang Kelagian Tanjung Putus (Pahawang #1)


Cita-cita liburan ke pantai lunas saat tahun baru kemarin. Berangkat di hari pertama tahun 2017, kami menuju Lampung. Dari Depok, meluncur ke pelabuhan Merak. Berangkat pagi, maunya sore sudah sampai dermaga menuju Pahawang, atau bisa jalan-jalan sebentar di pantai Klara, pesisir Lampung sana.


Perjalanan naik Fery lancar. Kami memang gak dapat tempat duduk nyaman ber-ac di kapal. Penuh semua ruangannya. Waktu dihabiskan dengan jalan-jalan keliling kapal dan akhirnya istirahat di musala selepas shalat Dzuhur sambil nunggu Ashar tiba. Sampai di Bakauheni, matahari masih cerah. Normalnya, menjelang Maghrib kami bisalah sampai ke kabupaten Pesawaran, tempat pantai-pantai cantik itu berada.



Sayangnya niat menghabiskan sore di pesisir gak kesampaian. Libur tahun baru, jalanan terhambat orang-orang yang pulang liburan. Memang sih berlawanan arah dengan kami yang baru aja jalan. Tapi setiap persimpangan menuju pantai macet semua. Belum lagi jalan sempit yang pas untuk dua mobil, harus berbagi dengan motor-motor yang berusaha menyalip kendaraan di depannya. Cocoklah, kena imbas macetnya. Sekitar jam 10 malam baru sampai Dermaga Ketapang, pelabuhan rakyat untuk menyeberang ke Pahawang. Kami pun memutuskan menginap di sini. Ada banyak rumah penduduk yang dijadikan home stay. Kisaran harganya mulai dari 250 ribuan permalam.


Kamar tempat kami menginap ada di atas sebuah toko. Lokasinya gak jauh dari dermaga 4, tempat menyeberang nanti. Pagi-pagi udah ada drama ban mobil kempes. Suami terpaksa ganti ban dulu sebelum kita pindah tempat parkir. Kami berniat menginap di Pulau Pahawang. Jadi mobil nanti akan ditinggal di parkiran dermaga. Mobil kami gak sendirian, banyak juga mobil pengunjung lain yang nginap di dermaga. Bayar parkirnya 25 ribu  rupiah, nginap.

Pagi-pagi di dermaga Ketapang, sudah banyak orang. Apalagi musim liburan kaya tahun baru kemarin. Selain yang liburan dan mau nyebrang ke Pahawang, banyak juga yang sekedar mancing di atas dermaga. Dan ternyata, rata-rata banyak juga dapat ikannya.




Di dermaga ini kami menunggu kapal yang sebelumnya sudah dibooking. Harga sewa kapal atau perahu 1,2 juta untuk yang kecil. Sedangkan kapal kayu yang agak gedean sewanya 1,4 juta. Itu sudah termurah yang kami dapat. Bisa lebih murah kalau pas bukan musim liburan. Harga ini untuk dua hari, mulai dari jemput di dermaga Ketapang, antar ke Pahawang, keliling sejumlah pulau, sampai besok siang atau sorenya balikin kita lagi ke dermaga. Kami waktu itu pilih kapal yang gedean, biar aman dan nyaman. Bayar 1,6 juta, karena kami request ke Tanjung Putus juga. Dan nanya-nanya ke tukang kapal lain juga, memang beda harga kalau plus Tanjung Putus. Satu kapal bisa dimuati sampai 15 orang. Makanya kalau ramean bisa lebih murah patungannya.

Kelagian Kecil

Dari dermaga kami sudah siap dengan baju basah. Gak mandi cuma gosok gigi pagi itu. Soalnya acara pertama udah pasti snorkeling, sebelum kita taruh barang di pulau tujuan.


Titik snorkeling pertama adalah sekitar pulau Kelagian Kecil.  Gak sulit ngajarin Lana snorkeling. Sebelumnya Lana sudah pernah mencoba di Pangandaran, Jawa Barat. Sekarang, baru serius snorkelingnya. Meski sudah lancar bernafas lewat snorkel, Lana masih takut kalau dilepas sendiri. Jadilah sepanjang menikmati pemandangan bawah air, kami terus berpegangan tangan.

Kalau Keano bener-bener gak berani mengapung sendirian. Sudah pakai pelampung tapi tetap harus digendong di atas air. Hari pertama Keano belum nyaman memakai masker dan snorkel. Jadi lebih sering kita panggil ikan mendekat pakai roti ke permukaan air supaya Keano bisa lihat tanpa menggunakan masker.

Ikan-ikan di sini memang selalu lapar kayaknya. Murahan juga karena cukup disogok pake roti hehehe.. Jadi tipsnya, sebelum melaut belilah roti yang banyak di dermaga. Roti itu bisa dipakai buat mengundang ikan, plus bisa juga ganjal perut kita kalau kelaparan sesudah basah-basahan.



Selesai snorkeling, kami merapat ke pulau. Pulau Kelagian Kecil, atau Kelagian Lunik. Kapal sandar, dan kami lanjut main di pantainya.

Pulau-pulau kecil di teluk Lampung sungguh menyenangkan untuk disinggahi. Pantainya rata-rata landai banget. Pasirnya putih lembut. Arusnya tenang nyaris tanpa gelombang. Yang bikin mata seger, gradasi warna airnya masih cakep. Jadi betah berendam lama.


Enaknya lagi, kami ke sana saat pengunjung gak terlalu rame. Bukan puncak keramaian, seperti H-1 atau hari H tahun baru. Walaupun masih banyak pengunjung, tapi masih bisa pilih jam dan tempat yang agak sepian. Jadi berasa punya banyak pantai pribadi. Apalagi kapal juga dibuking buat kita doang, jadi tergantung kita mau ke mana, dan kapan berangkat atau merapat. Jadilah kegiatan selama dua hari kami habiskan dengan island hopping. Snorkeling, berendam dan menikmati perjalanan di atas perahu.

Pulau Pahawang

Ada banyak spot bagus buat snorkeling. Dua hari itu gak cukup kalau mau dijajal semua. Salah satu yang  bagus di dekat dermaga pulau Pahawang. Dari Kelagian Kecil kami lanjut snorkeling di dekat dermaga pulau Pahawang. Puasin norkeling dulu sebelum istirahat dan taro barang di home stay.



Spot snorkeling di sini sudah banyak kena sentuhan tangan manusia. Tapi ini positif. Misalnya di sini, dibikinin rumah-rumah ikan atau terumbu karang. Jadi rumah yang nyaman buat nemo si ikan badut. Atau bikin patung-patungan, juga tulisan-tulisan buat jadi ciri khas spot snorkeling Pahawang. Jadi buat yang suka foto di bawah air, lumayan lah bisa buat penanda dan jadi daya tarik tersendiri.




Spot dekat Pahawang ini yang ramai wisatawan. Sehari bisa didatangi banyak perahu membawa puluhan orang. Cuma yang bikin gemes, pengunjung itu suka kebangetan. Saking heboh mau foto, suka berdiri di atas karang, atau bercanda tanpa sadar kaki mereka merusak terumbu di bawahnya. Mbok ya ingat, kalau karangnya rusak, besok-besok kita udah gak cihuy lagi ke sini. Saya sempet bilang sih ke tukang perahu,  kalau mereka juga harus ingatkan pengunjung yang mereka bawa untuk juga menjaga karang. Tukang perahu ini biasanya nelayan juga. Tapi begitu wisata Pahawang booming, mereka memilih bawa turis dibanding cari ikan. Lebih menjanjikan katanya.


Keliling pulau di Teluk Lampung ini sediakan juga uang parkir kapal. Satu spot kita harus bayar sekitar 20 sampai 25 ribu rupiah per kapal. Ada karcisnya. Uang parkir ini dikelola nelayan setempat. Katanya untuk biaya pemeliharaan. Yang narik-narikin uang biasanya pakai sampan kecil kalau spotnya ada di tengah perairan.



Tanjung Putus

Selesai ishoma, dan gak berlama-lama di pulau Pahawang, perjalanan lanjut ke Tanjung Putus. Dari pulau Pahawang sekitar 45 menit naik perahu. Lewatin pulau Pahawang Kecil. Kami berangkat sekitar jam setengah tiga sore. Sebelum kesorean, karena kata abang perahunya ombaknya lagi besar. Kalau tambah sore, takutnya gak bisa lewat. Malah abang perahunya sempat nawarin ke tempat lain dan batalin ke Tanjung Putus.

Bener saja, ombaknya lumayan besar. Untung saja pake kapal yang gedean, jadi kapal bisa tetap laju menghantam ombak. Buat Lana dan Keano, malah enak kapal kegoyang-goyang sama ombak. Cuma, cipratannya saja yang bikin basah semua. Untung saja barang-barang termasuk kamera dan hp sudah dimasukin ke dry bag.

Selepas digoyang-goyang ombak, sekitar 15 atau 20 menit terakhir sebelelum Tanjung Putus, perjalanan tinggal anteng di laut yang teduh. Nah ini enaknya kalau sewa kapal sendiri. Bisa leyeh-leyeh sesukanya. Apalagi habis capek snorkeling dan berenang. Ada momen Lana duduk di kapal, tiba-tiba dia udah merem tertidur.. hehehe..


Di Tanjung Putus, kami langsung menuju ke spot snorkeling. Tali kapal ditambatkan di dermaga apung. Tempatnya sepi, hari itu kayaknya cuma kami turis yang snorkeling di sini. Habis tahun baru, pengunjung lain semua pulang. Tukang kapal jadi bisa ikut libur.

Di sini, snorkeling saja sudah enak. Apalagi diving. Ikannya banyak banget. Karangnya masih rapat, dan punya wall yang cukup panjang. Tanjung Putus memang salah satu spot diving di Lampung.




Sekitar setengah jam snorkeling, lanjut merapat ke pantainya. Tergoda juga buat mampir di pantai Tanjung Putus. Rugi sudah jauh-jauh kalau gak ngerasain pantainya dan menjajaki pulaunya. Ternyata ada juga satu dua keluarga yang lagi menikmati libur. Cuma mereka main di pantainya aja. Gak keliling naik perahu.

Gak seperti di Kelagian atau Maitem (next posting bahas pulau ini), kalau di Tanjung Putus kelihatan sudah lebih tertata. Vila-vila juga sudah ada, dan kelihatan lebih bagus. Untuk yang mau diving, ada Corona Diving Club juga di sini.


Pasir pantai di sini gak sehalus di Kelagian. Tapi warnanya tetep putih. Keano menghabiskan waktu main air sambil ngumpulin kulit kerang. Buat koleksi dia bilang.

Pahawang Kecil

Dari Tanjung Putus kami kembali ke Pahawang. Tapi masih ada satu tujuan sebelum kembali ke home stay di Pahawang, mampir dulu ke Pahawang Kecil. Beda pulau ya, Pahawang dan Pahawang Kecil. Di Pahawang kecil kami berniat lihat sunset.


Sampai di Pahawang Kecil, kondisinya sudah sepi. Gak banyak orang kaya pas kami lihat dan lewat saat perjalanan ke Tanjung Putus. Selain pantai dan pulaunya, ada satu objek favorit di sini, pasir timbul. Daratan berpasir yang seolah-olah timbul dari laut, memanjang dan seakan-akan menyambungkan pulau pahawang kecil dan pulau sebelahnya.

Datang sore-sore di sini enak juga, sepi. Jadi anak-anak lebih bebas dan santai bermain. Cuma ada dua perahu termasuk kami, yang sandar di Pahawang Kecil. Beda banget pas siang tadi. Tapi ada kurangnya, pasir timbulnya sudah gak terlalu timbul. Sudah tertutup air laut yang pasang naik. Tapi masih tetap kelihatan dan aman buat pijakan sampai ke tengah.



Sementara suami motret-motret, Lana dan Keano lagi-lagi berendam. Sepanjang hari ini dihabiskan dengan basah-basahan. Niatnya besok juga. Kapan lagi ketemu pantai cakep, ombak tenang, pasir putih dan megang hp yang cuma dipakai kameranya ajah.


Ini sebagian foto selama keliling Pahawang dan pulau-pulau kecil di dekatnya, di hari pertama. Masih banyak foto dan video lain. Satu-satu ya postingnya hehehe..


*****

You Might Also Like

0 komentar