Swift

Jalan Jajan di Causeway Bay Hong Kong


Basecamp kedua kami selama di Hong Kong ada di Causeway Bay. Lokasinya di Pulau Hong Kong. Ini tempat favorit saya selama di sana. Kawasan belanjanya enak dilihat. Penuh barang branded. Orang-orang yang seliweran juga kece-kece penampilannya. Kami menginap di kawasan Fashion Walk. Lebih lengkap soal Fashion Walk ada di link ini


Sebenarnya ada beberapa lokasi di Pulau Hong Kong yang cukup populer dan enak buat tempat menginap dan jalan-jalan. Seperti Wan Chai atau di Central misalnya. Tapi sebagai orang Indonesia, kayaknya sayang melewatkan suasana Causeway Bay yang terkenal dan juga ramai oleh orang-orang Indonesia. Jadilah selama sekitar tiga hari dua malam, pusat edar kami ada di Causeway Bay.


Hostel yang kami booking beralamat di Jalan Paterson. Nama gedungnya juga Paterson. Banyak banget yang nginep di sini. Kebanyakan anak-anak muda. Sebagian backpacker. Tapi banyak juga wisatawan biasa yang bawa koper.

Penginapan kami namanya Comfort Hostel. Di Paterson Building ini banyak kamar yang disewakan di dalamya. Walaupun banyak nama hostel yang dipublish di situs buking on line, tapi sepertinya masih satu pengelola. Malah satu tempat registrasi/check in.


Paterson Building ini di bawahnya adalah pertokoan keren. Dari luar tampilannya cakep. Pas masuk, aduhai... suasana gang senggol langsung terasa. Lorong menuju lift pas-pasan buat dua orang ketemu. Liftnya juga sempit. Saya berdua suami, plus dua anak tambah satu koper, hampir gak muat masuk. Pantes aja si penerima tamu dari awal bilang dia naik tangga darurat aja. Dia langsung ngajak ketemu di lantai 2.

Masuk ke atas ada salah satu kamar yang dimanfaatkan sebagai lobby. Ada meja resepsionis di situ. Jangan bayangin bentuknya sama hotel konvensional yah. Ini lebih mirip gerai laundry kiloan. Tamu registrasi, bayar, terus langsung dikasih handuk untuk dibawa sendiri ke kamar. Di sebelah tempat check in ada ruang duduk yang penuh sama tamu. Mereka menunggu waktu masuk kamar. Check in aturannya jam 2 siang. Kita bisa aja datang duluan tapi belum boleh masuk kamar. Kalau mau jalan-jalan dulu, koper atau barang bawaan bisa dititip. Banyak tamu yang kaya gini, dan udah lumrah juga hostel macam gini nyediain tempat buat tamu titip barang bawaan mereka. Saya langsung penasaran sama rupa kamarnya.


Selesai check in, ada satu petugas anter ke kamar. Barang dibawa sendiri. Dia cuma nganter doang. Jadi kamar kita itu ada dalam satu unit apartemen yang dibagi jadi tiga kamar. Berbagi sama tamu lainnya. Tapi tetep berasa kamar masing-masing, terpisah. Di ruang bersama yang sempit, ada kulkas buat dipake sama-sama dan dispenser air mineral.

Kita sewa tempat yang kamar mandinya ada di masing-masing kamar. Di dalam gedung ini ada juga soalnya ruangan dengan kamar mandi rame-rame. Di dalam kamar kita ada dua tempat tidur. Satu ukuran dobel, satu single bed. Gak ada lemari. Baju silakan tetap taruh di tas atau koper. Cuma ada satu meja kecil nempel tembok buat naruh barang. Kamar mandi luasnya pas-pasan. Tapi bersih dan ada air panasnya. TV dan wi-fi, alhamdulillah ada dan lancar. Lumayan buat hiburan, walaupun sebenarnya jarang dipakai juga. Toh kami lebih sering ada di luar kamar. Sayang kan sudah jauh-jauh kalau di kamar doang gak jalan-jalan.


Tempat kami nginep ini cerminan gimana penduduk setempat tinggal. Di unit-unit sempit gedung vertikal, dengan ventilasi seadanya. Ini udah masuk tempat tinggal menengah. Lahan sempit, penduduk banyak, harga sewa tempat tinggal pun melangit. Kalau dihitung-hitung, penginapan sederhana kami ini sama harganya dengan hotel bintang tiga atau empat di tanah air. Jangan bandingin fasilitasnya yah.. nanti bikin sakit hati hehehe...

Meski sederhana dan pas-pasan, penginapan kami laku keras karena lokasinya. Yang nginep juga bukan backpacker dekil. Keluar lokasi, gak ketauan dah kita nginep di mana. Enaknya menginap di sini, semua bisa ditempuh jalan kaki tanpa lecet. Stasiun MTR Causeway Bay misalnya, dekat banget, hitungannya gak jauh ada di bawah gedung. Cuma tinggal masuk ke pusat perbelanjaan, dan cari tangga eskalator turun ke arah MTR.


Kawasan belanjanya selalu rame. Orang-orang pada belanja kayak duitnya gak abis-abis. Pusat perbelanjaan atal mal memang berserakan di sini. Di antaranya yang ramai dan terkenal; Times Square, Sogo, Hysan Place, atau tempat seperti Jardine's Market dan Fashion Walk sendiri

Di Causeway Bay ini ada penampakan trem. Kalau di Kowloon sebelumnya nggak ada. Untuk jarak deket, enak bepergian naik trem ini. Haltenya di tengah jalan. Selain tranportasi umum yang menyenangkan, Keano suka Hong Kong karena banyak mobil mewah seliweran. Gak berhenti-berhenti deh Keano teriak kalau ada mobil sport keren yang lewat. Dan ini sering banget. Kita sampe capek dipanggil-panggil suruh liat mobil sama bocah ini.


Serunya di sini kami juga banyak pilihan untuk makan masakan tanah air, restoran Indonesia. Yang paling dekat dan pertama ketemu, adalah Rumah Makan Sedap Gurih. Enak bener bisa pesen makanan pake bahasa Indonesia. Soalnya yang ngelayani orang kita juga. Kami memesan nasi kuning lengkap dengan lauk pauknya, bakso, soto betawi, tumis kangkung dan sambal goreng udang tempe. Rasanya mirip sama di kampung halaman. Tapi porsinya besar-besar. Alhasil gak abis dan bungkus deh buat makan di hostel. Waktu mesen, lapar mata soalnya. Berhari-hari makan makanan asing, baru kali ini kita makan makanan yang udah dikenal banget sama si lidah.


Selain makan berat, ada juga aneka kue tradisional di sini. Mulai dari kue cucur, peyek, sampe macam-macam kerupuk. Tempatnya juga bersih dan nyaman. Gak cuma orang Indonesia yang makan di sini. Di depan meja kami sih emang ada orang Indonesia logat Jawa yang lagi makan. Tapi penampakan bule atau lokal juga ada di meja sebelah.

Selain Sedap Gurih, di Causeway Bay ini ada juga resto Indonesia lain seperti resto Chandra di seberang Sedap Gurih. Atau Warung Malang, yang gak jauh-jauh dan masih di sekitaran situ juga.


Di kawasan ini, kami juga nemu BCA. Udah seneng aja kirain bisa tarik tunai pake ATM. Tapi ternyata kantornya cuma bisa ngelayani pengambilan pake buku rekening. Gak ada mesin atmnya. Jadilah ambil uangnya di ATM bank lain. Ini sebagian tips kami kalau pergi-pergi. Gak suka bawa cash banyak-banyak. Secukupnya aja untuk biaya jalan dan makan. Untuk belanja biasanya pake kartu kredit. Begitu juga untuk bayar masuk tempat-tempat wisata. Kalau kepepet baru ambil uang di ATM. Kena charge tapi gak seberapa resikonya dibanding bawa duit berlebihan.


Di Hong Kong jangan heran ketemu orang Indonesia yang dandannya spekta. Banyak di antara mereka adalah buruh migran. Di sini, mereka mau dandan macem-macem juga gak ada yang komentarin. Jadi bisa puas-puasin berekspresi. Orang-orang kebanyakan sibuk sama urusan masing-masing. Kalau lewat jalur resmi, kebanyakan buruh migran di sini sejahtera. Pemerintah setempat punya banyak peraturan yang melindungi mereka. Di antaranya soal hak untuk libur.  Organisasi buruh migran Indonesia di Hong Kong juga termasuk salah satu yang kuat advokasinya.


Biar lengkap kami menjajal semua moda transportasi di sini. Yang belum dinaiki tinggal trem. Kami naik trem menuju Islamic Centre di Masjid Ammar. Kalau lihat peta, jarakya gak jauh. Naik trem ini, kartu sakti Octopus juga berlaku. Ini kartu yang bisa digunakan untuk membayar semua ongkos tranportasi di Hong Kong. Pakai kartu ini lebih mudah dan murah.

.

Di Masjid Ammar, kami mengejar sajian dimsum halal, menu salah satu resto, atau tepatnya kantin yang ada di dalamnya. Soal dimsum halal, ceritanya bisa buka di sini

Dari masjid Ammar, kami langsung keliling lagi. Melewati sejumlah mall megah. Keren-keren sih mallnya, cuma kayak gak ada beda sama Jakarta isinya. Yang menarik justru pasar tradisionalnya. Seru, melintasinya berasa ada di dalam film mandarin. Di tengah belantara beton, pasar ini tetap ramai pembeli.


Buah, sayur, daging dan ikan segar semua ada di sini. Baunya, ya bau pasar. Anak-anak sih gak terlalu suka. Sementara saya sama suami justru berlama-lama ambil foto di sini.


Selain aneka bahan pangan ada juga produk laut kering dijual. Katanya sih untuk kebutuhan obat. Aneh-aneh dan saya gak ngerti namanya. Mau nanya juga gak niat beli. Nanti yang dagang berasa kena php lagi. Yang bikin sedih ada juga sirip hiu kering dijual di sini. Dipajang di etalase toko.


Causeway Bay menjadi persinggahan terakhir kami di Hong Kong sebelum ke Makau. Pagi sebelum berangkat ke Makau, kami sempat jalan-jalan ke Victoria Park. Nyobain makan lesehan ala TKI. Cerita lengkapnya sudah pernah ditulis di sini.


Siangnya langsung check out hotel, menuju pelabuhan (Seung Wan Macau Ferry Terminal). Naik MTR/subway untuk terakhir kalinya meninggalkan surga belanja ini.


****

You Might Also Like

0 komentar